Ilmu Budaya Dasar (yang dahulu di sebut sebagai
Basic Humanities) berasal dari bahasa latin yang
di sebut dengan “humanus”, yang memiliki arti manusiawi, berbudaya, dan halus.
Pada umumnya, humanities mencakup filsafat, teologi, seni, dan cabang-cabangnya
(sejarah, sastra, dll), maka dari itu humanities menjadi ilmu kemanusiaan dan
kebudayaan.
Seni
termasuk sastra yang penting dalam humanities karena seni merupakan ekspresi
nilai-nilai kemanusiaan yang normative, dan bukan sebgai formulasi nilai-nilai
kemanusiaan.
Namun,
disamping itu sastra memilki peranan yang jauh lebih penting karena sastra
menggunakan bahasa. Sementara bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hampir
semua pernyataan kegiatan manusia untuk memahami dirinya sendiri yang akhirnya
melahirkan filsafat untuk memahami alam semesta dan akhirnya menciptakan ilmu
pengetahuan.
Telah
di setujui oleh para ahli di seluruh dunia bahwa bahasa adalah salah satu alat
komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia secara genetis. Hal ini dapat
dilihat dari kemampuan manusia dalam membentuk lambang atau pun memberi nama
guna menandai setiap kenyataan, sedangkan binatang dan tumbuhan tidak mampu
melakukan hal itu semua. Bahasa hidup dalam suatu masyarakat dan dipergunakan
oleh warganya untuk berkomunikasi. Hal ini membuat kelangsungan hidup suatu
bahasa tergantung oleh dinamika kehidupan budaya masyarakat yang ada di
dalamnya. Dengan kata lain, budaya yang ada di sekeliling bahasa tersebut akan
ikut menentukan wajah dari suatu bahasa.
Bahasa,
yang dalam bahasa Inggris adalah language, memiliki definisi – definisi
tersendiri bagi para ahli, yakni:
- Sturtevent : bahasa adalah
system lambang sewenang – wenang, berupa bunyi yang digunakan oleh
anggota-anggota suatu kelompok social untuk kerjasama dan saling
berhubungan
- Keraf : bahasa adalah alat
komunikasi antara anggota masyarakat , berupa lambang bunyi suara yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Masih
banyak lagi sebenarnya pengertian tentang bahasa yang diteliti oleh para ahli
bahasa. Setiap bahasan yang ada pada umumnya memiliki kesamaan yang pada
konsepnya meskipun terdapat perbedaan pada penekanannya. Namun, menurut
beberapa ilmuwan seperti Linda Thomas dan Shan Wareing dalam buku “Bahasa,
Masyarakat, dan Kekuasaan”, salah satu cara dalam menelaah bahasa adalah dengan
memandangnya sebagai salah satu cara yang sistematis untuk menggabungkan
unit-unit kecil menjadi lebih besar dengan tujuan komunikasi. contohnya adalah
penggabungan antara bunyi bahasa (fonem) menjadi kata (butir leksikal) sesuai
dengan aturan dari bahasa yang kita gunakan. Butir-butir leksikal ini kemudian
di gabungkan kembali untuk membuat struktur tata bahasa, sesuai dengan
aturan-aturan yang ada dalam bahasa.
Selain
memiliki hubungan dengan bahasa, budaya juga memiliki hubungan dengan prosa.
Prosa, yang termasuk dalam sastra, terkadang disebut-sebut sebagai narrative
fiction, prose fiction, atau hanya fiction saja. Dalam bahasa Indonesia, sering
diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan di definisikan sebagai bentuk cerita
atau prosa kisahan yang mempunyai pameran, lakuan, peristiwa dan alur yang
dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Istilah cerita rekaan umumnya
dipakai untuk roman, novel, atau cerita pendek.
Dalam
kesusastraan, kita mengenal prosa lama dan baru, yakni:
- Contoh-contoh prosa lama:
a.
Dongeng
b.
Hikayat
c.
Sejarah
d.
Epos
Cerita
pelipur lara
- Prosa baru meliputi:
a.
Cerita pendek
b.
Roman
c.
Biografi
d.
Kisah
e.
Otobiografi
Dalam
keberadaanya, prosa memiliki beberapa nilai-niali yang dapat diperoleh, yakni:
-
Prosa fiksi dapat memberikan kesenangan atau memberikan hiburan bagi
pembacanya, dapat mengembangkan imajinasi dalam mengenal karakter tokoh ataupun
daerah
-
Prosa fiksi dapat memberikan informasi yang belum tentu terdapat pada
ensiklopedia.
-
Prosa fiksi memberikan nilai-nilai kultural atau kebudayaan
Berdasarkan
informasi-informasi yang ada, budaya dengan sastra adalah hal yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain karena memiliki ketergantungan satu sama lain.
Sebagai contoh, ada yang mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi oleh
budaya, sehingga segala hal yang terdapat dalam kebudayaan akan tercermin di
dalam bahasa. Sebaliknya, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa sangat
dipengaruhi oleh kebudayaan dan cara berpikir manusia atau penutur
bahasa. Masinambouw mengatakan bahwa bahasa (sastra) dan kebudayaan
merupakan dua system yang melekat pada manusia. Jika kebudayaan adalah system
yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka bahasa (sastra)
adalah suatu system yang berfungsi sebagai sarana berlangsunganya suatu
interaksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar